Jakarta, Seruu.com - Presiden kelima RI, Megawati Soekarnoputri
mempertanyakan keseriusan pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
saat ini dalam memperkuat ketahanan pangan. Sebab, untuk urusan kedelai
pun pemerintah kedodoran.
Hal
itu disampaikan Megawati kepada wartawan di sela-sela acara buka puasa
bersama di DPP PDIP Lenteng Agung Jakarta Selatan, Jumat (27/7).
"Pemerintah tidak secara serius melakukan ketahanan pangan untuk
Indonesia," ucap Megawati.
Ketua Umum PDI Perjuangan itu pun
mencontohkan saat dirinya menjadi presiden sudah mencanangkan program
swasembada pangan. "Harusnya itu bisa terealisasi pada saat sekarang
ini," ucapnya.
Menurutnya, Indonesia akan sulit terlepas
dari ketergantungan dari negara lain dalam hal pangan jika tidak serius
melakukan upaya swasembada pengan. Saat ini saja, katanya, banyak
komoditas pertanian justru diimpor dari negara lain.
"Bagaimana
kita akan bisa berswasembada kalau kita sendiri tidak melakukan suatu
langkah kongkret? Hentikan impor bagi komoditi pertanian maupun pangan
kita," cetusnya.
Ketua Umum DPP PDI
Perjuangan Megawati Soekarnoputri menilai keputusan pemerintah
membebaskan bea masuk impor kedelai hingga Desember 2012 belum
menyelesaikan persoalan krisis kedelai.
"Pembebasan bea masuk
impor kedelai akan membuat importir sesukanya mengimpor kedelai," kata
Megawati Soekarnoputri usai buka puasa bersama di kantor DPP PDI
Perjuangan, Jakarta, Jumat.
Menurut dia, jika importir bisa sesukanya mengimpor kedelai memang akan
lebih banyak kedelai impor di pasar domestik, tapi hal ini membuat
swasembada kedelai semakin sulit dicapai.
Ketahanan pangan, khususnya swasembada kedelai, baru akan terjadi jika
produksi kedelai nasional bisa memenuhi kebutuhan, sehingga bisa
mandiri.
"Kalau pemerintah serius, saya yakin ketahanan pangan akan bisa terwujud," katanya.
Presiden kelima Republik Indonesia itu menambahkan, kebijakan
penghapusan bea masuk impor juga tidak menyentuh akar permasalahan,
karena persoalan utama krisis kedelai saat ini adalah tidak mandirinya
Indonesia pada produksi kedelai.
Berdasarkan data, Badan Pusat Statistik (BPS), kebutuhan kedelai
nasional Indonesia sekitar 2,2 ton per tiga bulan, padahal produksi
kedelai nasional sekitar 779 ton per tiga bulan, sehingga ada
kekurangan sekitar 1,4 juta ton dipenuhi dengan cara impor yang
sebagian besar dari Amerika Serikat.
Saat ini sedang terjadi musim kering di Amerika Serikat sehingga
produksi kedelai menurun, menyebabkan harga kedelai di Indonesia
meningkat berdampak pada produksi tahu dan tempe.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar